Wuquf Arafah : Amalan Yang Harus di Hindari (Bagian 2)

Assalaamu\'alaikum Teman Syariah

WUQUF
Wuquf Arafah
Wuquf di Arafah tidak lain merupakan salah satu rukun dari ibadah haji, yang mana proses Muhasabah / menghisab diri sendiri, penting dilakukan untuk dapat lebih memahami Ma'rifatulloh Allah SWT.

Berikut ini penjelasan perihal berbagai amalan di hari Arafah beserta dalilnya. 

1. Setelah kita selesai melakukan sunnah bermalam di Mina pada hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan telah selesai mengerjakan sholat lima waktu di sana, para jamaah haji di sunnah kan untuk menuju Arafah dimulai saat matahari terbit pada (bertepatan pada tanggal 9 Dzulhijjah). Hal ini bersumber dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiyallahu anhu : 

فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ التَّرْوِيَةِ تَوَجَّهُوا إِلَى مِنًى فَأَهَلُّوا بِالْحَجِّ وَرَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَصَلَّى بِهَا الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ ثُمَّ مَكَثَ قَلِيلاً حَتَّى طَلَعَتِ الشَّمْسُ

Sampai pada hari tarwiyah mereka berangkat menuju Mina bertalbiyah haji, dan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menaiki kendaraan lalu -mengerjakan- sholat di sana Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Shubuh, kemudian menunggu sejenak sampai sang surya terbit. 

[HR. Muslim no. 1218] 


2. Perjalanan ke Arafah disunnahkan perbanyak talbiyah dan takbir. 

Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma meriwayatkan : 

غَدَوْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ مِنًى إِلَى عَرَفَاتٍ مِنَّا الْمُلَبِّى وَمِنَّا الْمُكَبِّرُ.

Kami berangkat pada waktu pagi dengan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Mina ke Arafah, di antara kami ada yang ber talbiyah dan ada yang bertakbir. [HR. Muslim no. 1284] 

3. Sesampainya di Arafah, para jamaah haji dapat segera menempati tempat / posisi mereka. Serta harus dipastikan bahwa lokasi/daerah yang akan digunakan untuk wukuf adalah| bagian dari Arafah, Kartena, jika lokasi wukuf berada di luar Arafah, wukuf kita tak resmi/ tidak afdhol. Sementara wukuf merupakan rukun haji yang tidak bisa digantikan dengan dam atau sejenisnya. 

Jubair bin Muth’im Radhiyallahu anhu meriwayatkan dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : 

كُلُّ عَرَفَاتٍ مَوْقِفٌ وَارْفَعُوا عَنْ بَطْنِ عُرَنَةَ

Semua| Arafah merupakan| daerah wukuf, dan jauhilah tengah jurang/ lembah ‘Uranah 

[HR. Ahmad no. 16.797] 

‘Uranah yaitu sebuah jurang/wadi yang berlokasi di dekat Mesjid Namirah dari arah Makkah dan daerah itu bukan merupakan bagian dari Arafah. 

Hadits ini memperlihatkan|menampilkan bahwa jamaah haji semestinya| menentukan bahwa daerah wukuf mereka termasuk dalam kawasan / bagian Arafah. Kini batas Arafah ditandai dengan banyan nya papan berukuran besar dan tinggi sehingga mudah terlihat dari jauh. 


4. Waktu wukuf dimulai saat tiba waktu Zhuhur dan berkahir dengan terbitnya fajar di tanggal 10 Dzulhijjah. Jadi, orang yang kesulitan melaksanankan wukuf di siang hari, dapat melaksanakannya pada malam hari, dan wukufnya syah. Bagi jamaah haji yang terpaksa mesti masuk Arafah pada  tanggal 8 Dzulhijjah, seperti beberapa jamah haji dari Indonesia, mereka juga dapat untuk segera bersiap wukuf sebelum waktu Zhuhur di kemah/tenda masing-masing. 


5. Ketika waktu Zhuhur tiba, disunnahkan untuk  menjalankan sholat Zhuhur dan Ashar dengan sistem jama’ dan qashar, masing-masing dua rakaat di permulaan waktu sholat Zhuhur, dengan satu adzan dan dua iqamah sebagaimana di kisahkan dalam hadits Jabir Radhiyallahu anhu berikut:

ثُمَّ أَذَّنَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعَصْرَ وَلَمْ يُصَلِّ بَيْنَهُمَا شَيْئًا

Kemudian (Bilal) mengumandang adzan lalu iqamah, karenanya  Rasûlullâh Muhammad Saw melakukan sholat Zhuhur. Kemudian, Bilal mengumandang iqâmat , karenanya Rasûlullâh sholat Ashar dan tidak melaksanakan sholat apa saja di antara keduanya. [HR. Muslim no. 1284]

Hikmahnya agar para jamaah memiliki waktu yang luas untuk berdoa dan berdzikir, karena pada saat itu adalah moment/waktu terbaik untuk berdoa. 


6. Sebelum sholat Zhuhur, Imam disunnahkan untuk memberikan amalan/khutbah secara umum dan penjelasan mengenai amalan-amalan haji yang masih tersisa, sebagaimana dicontohkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Jâbir Radhiyallahu anhu ini : 

حَتَّى إِذَا زَاغَتِ الشَّمْسُ أَمَرَ بِالْقَصْوَاءِ فَرُحِلَتْ لَهُ فَأَتَى بَطْنَ الْوَادِى فَخَطَبَ النَّاسَ

Sehingga dikala sang surya tergelincir, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar unta al-Qashwa’ disiapkan, karenanya beliau memeasangi pelana, lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi tengah jurang (Wadi ‘Uranah) dan berkhutbah. 

[HR. Muslim no. 1284] 


7. Ketika di Arafah, sebaiknya para jamaah haji tidak berpuasa, sebagaimana di contohkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Ummul Fadhl Radhiyallahu anhuma berikut :

عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ نَاسًا تَمَارَوْا عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَيْسَ بِصَائِمٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى بَعِيرِهِ فَشَرِبَهُ

Dari Ummul Fadhl binti al-Hârits Radhiyallahu anhuma bahwa orang-orang berselisih di dekatnya perihal puasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beberapa fcari mereka berkata bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa, dan beberapa lagi mengatakan tidak. Oleh karenanya Ummul Fadhl Radhiyallahu anhuma mengirimkan secangkir susu dikala beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas unta, dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminumnya. 

[HR. al-Bukhâri no. 1887 dan Muslim no. 1123] 


Tak berpuasa selama di Arafah  karena hal itu diharapkan dapat lebih mensupport ibadah dan amalan selama di sana. Wukuf di arafah yaitu pertemuan akbar umat Islam dalam ibadah mereka. Hal ini mengingatkan kita akan hari dikumpulkannya semua makhluk lintas zaman dan generasi di Padang Mahsyar. Mengingat hal ini, hendaknya tiap-tiap Muslim menyiapkan dirinya untuk menyambut kedatangan hari itu dengan amal shaleh.


8. Hendaknya para jamaah haji memanfaatkan waktuamat berharga di Arafah ini, yang hanya sebagian jam dengan banyak bertalbiyah, berdzikir dan sungguh-sungguh berdoa untuk kebaikan dunia dan akhirat. Doa pada hari ini ialah sebaik-baikynadoa, dan sebagus-bagus nya doa yang dipanjatkan hari itu adalah :

لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Tiada Yang Maha Kuasa| yang diibadahi dengan haq selain Allâh, hanya Dia,dan tiada sekutu bagi-Nya, cuma milik-Nya kekuasan dan kebanggaan, dan ia sebab atas semua sesuatu. 


Ini merupakan doa terbaik, jamaah haji patut menghafalnya, lalu sebanyak dan sekhusyu’ mungkin mengungkapkannya selama wukuf. Teladanilah kesungguhan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berdoa sebagaimana diceritakan oleh sahabat Usâmah bin Zaid Radhiyallahu anhu ketika beliau Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:


كُنْتُ رَدِيْفَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم بِعَرَفاَتٍ، فَرَفَعَ يَدَيْهِ يَدْعُوْ، فَمَالَتْ بِهِ نَاقَتُهُ، فَسَقَطَ خِطَامُهَا، فَتَنَاوَلَ الْخِطَامَ بِإِحْدَى يَدَيْهِ وَهُوَ رَافِعٌ يَدَهُ اْلأُخْرَى


Aku dibonceng Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Arafah, karenanya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berdoa. Unta beliau miring, dan jatuhlah tali kekangnya, lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil tali kekang itu dengan salah satu tangan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sementara tangan yang satu lagi tetap tengadah berdoa. 

[HR. an-Nasâi no. 3011] 


Tak ada doa khusus untuk hari Arafah, dan jamaah haji dapat berdoa apa saja untuk kebaikan akhirat dan dunia. Tetapi susunlah proposal doa anda dari jauh hari! Kumpulkanlah doa-doa terbaik untuk dipanjatkan di waktu yang benar-benar berharga ini, supaya kita semua dapat memaksimalkan waktu/kesempatan yang belum tentu terulang dan supaya tidak kekurangan bekal doa di sana. Jangan lupakan orang tua, keluarga, keturunan, dan orang-orang yang saudara cintai dalam doa terbaik ini. Jangan sia-siakan satu menitpun dari waktu yang singkat ini untuk hal-hal yang kurang berguna/ justru tidak bermanfaat! Apabila sekiranya kita merasa lelah atau bosan, segera lah melakukan dzikir dan baca al-Qur’ân, atau mengistirahat kan sejenak tubuh ini, agar dengan segera tubuh ini mampu pulih dan kembali segar kembali. 


9. Hendaknya para jamaah haji tak keluar dari Arafah sebelum terbenam nya sang surya, seperti diriwayatkan pada hadits dari Jâbir mengenai sifat wukuf Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى غَرَبَتِ الشَّمْسُ وَذَهَبَتِ الصُّفْرَةُ قَلِيلاً حَتَّى غَابَ الْقُرْصُ

Beliau masih terus wukuf  hingga sang surya karam/tenggelam, warna kuning sedikit pergi dan bola sang surya tidak terlihat lagi. [HR. Muslim no. 1284] 


10. Sesudah sang surya benar-benar terbenam, jamaah haji boleh meninggalkan Arafah untuk bemalam di Muzdalifah dan menuntaskan amalan-amalan haji yang lainnya. 

Demikianlah rangkaian amalan yang disyariatkan agar dapat dilaksanakan oleh jamaah haji selama di Arafah. 

Apabila kita melaksanakannyadengan tulus, iklhas, berlapang dada semata-mata karna Allah SWT dan sesuai dengan pedoman Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , secara tertib dan sesuai di seluruh rangkaian amalan haji kita, Insyaallâh kita akan meraih haji yang mabrur, dosa-dosa kita diampuni dan doa-doa kita dikabulkan. Kita akan menjadi orang yang {menerima|mendapatkan} barakah hari Arafah dengan terbebaskan dari api neraka. 


Wallahu A'lamu bishshawaa


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama